“Now or Never” [Part 2 of 3]
Author: Berty Khairun Nafisah
>> Be_Concuss >> teukseob@yahoo.com
Main Cast :
Baek Hyun (EXO-K) as Yoon
Baek Hyun
KAI (EXO-K) as KAI
Min Seok (girl OC) as Yang
Min Seok or readers-nim
Other Cast :
Member EXO K+M
other
And OC
Length:
Part 2 of 3 (4.115 words)
Genre:
*temukan sendiri ;)*
Rating:
PG – NC 17
p.s : Annyeong Author Berty
balik lagi membawakan sebuah kisah yang pure hayalan saya haha #plak. Untuk
yang nunggu FF saya yang Heart For 2 harap bersabar ya. Author lagi muter otak
untuk ending-nya. Secara Author takut kalau FF Author di anggap gagal
#nangisbarengluhan (?). So, nikmatin FF ini dulu ya. Author pastikan FF yang
kali ini tidak panjang. Ya supaya readers-nim tidak begitu bosan dengan hayalan
super aneh Author. Tapi per-part-nya yang panjang hoho #plak. Yup Author banyak
bacot. Langsung saja Let’s cekidot.
Warning : bahasa tidak begitu
baku (agar tidak bosan bacanya), maaf bila ada typo (alias salah pengetikan),
dan genre story juga tidak jelas.
Happy Reading Ppyong~ ^o^
Baek Hyun POV
Aku melajukan mobil sport ku
dengan cukup cepat. Bukan hanya karena di tuntut Yoon Alabeoji agar segera
datang ke perusahan ternama milik keluarga Yoon, ya keluarga ku sendiri. Tapi
penyebab lainnya adalah saat beberapa menit yang lalu aku melihat kedekatan Min
Seok dan Kai. Terasa sesak di dada ku, dan ada hawa-hawa tidak suka pada hal
tersebut. Mungkin itu yang disebut ‘cemburu’. Argh! Untuk apa aku cemburu?
Minseok adalah teman ku sejak kecil. Dan kami hanya teman atau aku…
Ddddrrrrrtttt!
Aku merasa Apple phone ku bergetar. Dengan sedikit
ribet aku berusaha merogoh saku celana ku. Dapat! “eh eh eh…” ucap ku saat
sadar di hadapan ku sudah terpampang rambu lalu lintas dengan warna lampu
merahnya yang menyala. “hosh.. hosh… untung sempet ngerem kalo enggak kena
tilangkan gak banget. Hari gini seorang Yoon Baek Hyun kena tilang. Hellooo…
Apa kata nenek moyang gue? *masang muka konyol*” ucap ku sok-sok alay gitu
sambil mengurut dada ku pelan.
Sambil menunggu warna rambu
lalu lintas kembali hijau, aku melihat layar Apple phone ku. “gara-gara ini nih…” gerutu ku pelan. Saat aku
melihat ternyata ada message masuk. Dari…
From Min Seok Lovely :
Baek Hyun-ah… Neo eodigayo?
Kenapa pulang cepat tidak bilang-bilang, eoh?
Menyebalkan :@
Terus aku pulang sama siapa?
Tao sedang sibuk latihan bela diri China bersama Xiu
Min dan Lay :(
Message dari Min Seok
rupanya. Tak terasa aku sempat membuat senyum tipis saat membaca message dari
Min Seok ini. Kenapa kau selalu dapat membuat ku lupa dengan rasa marah ku pada
mu hanya dengan membaca message seperti ini. Tak akan pernah bisa marah. Paling
enggak ngambek gitu, tapi tetep aja gak bisa.
To Min Seok Lovely :
Mianhae tuan putri ^^v
Yoon Alabeojie tadi menyuruh asst Jang menelpon ku
Agar aku segera datang ke perusahan
Karena ada rapat penting
Bukan maksud ku pergi tanpa kabar dan meninggalkan mu
Kau mau kan untuk mengerti?
Kalau sempat aku akan menjemputmu
Tunggulah di halte bus di depan kampus jam 5
Arrachi? :)
Ku klik send, dan pesan itu
langsung terkirim. Jangan heran membaca kontak Min Seok di Apple phone ku, itu dia sendiri yang menulisnya. Katanya supaya aku
selalu ingat dengannya. Untung bukan “Min Ceok Tayang Bacon Pollepoh” astaga
itu alay oh bukan itu super duper alay
#abaikan<.< . Sekilas aku melihat kearah rambu lalu lintas. “ko
masih merah? Buju dah… apa rusak ni rambo lalu lintas eh salah rambu lalu
lintas. Aish!” gerutu ku kesal. Apa-apaan ini, atau aku sedang di permainkan
rambu lalu lintas.
Dddddrrrttt…
From Min Seok Lovely :
Eum arrasoyo…
Ingat aku menunggumu disana.
Oiya, hati-hati di jalan ya Nae Bacon :*
Hehehe :p
Dia panggil aku apa? Bacoon,
Bacoon. Seenak jidatnya aja. Huh menyebalkan.
To Min Seok Lovely :
Siap tuan putri #bowing90derajat
Kkk…
Ya! Sudah ku bilang berhenti memanggil ku itu
Aku ini tampan jangan sama kan aku dengan Raccoon
Kau tau? :@
Klik, dan terkirim lagi. Aduh
dia itu bikin sebel aja. Tiiin… Tiiiinn… Tiiiiinnn… bunyi kelakson mobil lain
di belakang mobil ku. Sedikit samar-samar ada yang meneriaki ku, “Ya cepat
jalan lampu hijaunya sudah mau balik merah tuh…” teriak orang-orang dari luar.
Ku lihat rambu lalu lintas itu (lagi). “hah? Sudah hijau? Sejak kapan?” Tanya
ku entah pada siapa dengan muka cengo.
Dari pada cari masalah mending tancap
gas aja dah. Ku buka sedikit kaca mobil ku sekira kepalu ku ini dapat nongol
keluar. Sudah ku duga aku di permainkan oleh Author nih. *hahaha mianhae Oppa
#digamparBaconpakebibir XD*
“mianhae yeorobun…” treak ku
pada mereka dengan nada lembut sambil cengesan gara-gara salting. Lalu aku
kembali fokus pada jalanan. Kembali ku jalankan mobil ini dengan kecepatan yang
sekarang terbilang laju. Karena sekilas aku melihat arloji yang terpasang indah
di tangan kiri ku sudah menunjukan pukul 1.23 PM. “astaga aku bisa terlambat.”
Gerutu ku sendiri. Karena rapat itu akan dimulai 7 menit lagi. Ah semoga
sempet.
Baek Hyun POV end-
Min Seok POV
From
Nae Namja :
Siap tuan putri #bowing90derajat
Kkk…
Ya! Sudah ku bilang berhenti memanggil ku itu
Aku ini tampan jangan sama kan aku dengan Raccoon
Kau tau? :@
Ku baca balasan kedua dari
Baek Hyun ini membuat ku ingin tertawa saja. Bukankah wajahnya itu memang mirip
Raccoon. Ya, tapi Raccoon yang sangat tampan hahaha…
Saat aku ingin membalas
message ini tiba-tiba ada yang memanggil ku. “Min Seok-ssi…” dan ku tolehkan
kepala ku kesumber suara. “eoh… Sehun-ssi.” Sapa ku balik saat sudah mengetahui
siapa yang memanggilku tadi. Sehun berlari kecil kearah ku. Saat sudah sampai
di depan ku, “kau tidak latihan basket?” Tanya Sehun.
Sehun ini adalah Kapten tim
basket namja di kampus kami ini. Dan dia seangkatan dengan ku. Tapi beda
jurusan. Dia satu jurusan dengan Chan Yeol. Di bagian arsitek gitu.
“eoh? Mianhae, aku sedang
kurang enak badan. Tapi mungkin aku ikut hanya sekedar melihat saja.” Jawab ku
seadanya dengan senyum tipis yang terlihat cukup manis. Sehun menganggukan
kepala tanda dia paham dengan apa yang aku katakan. “oke. Kajja…” ajaknya
sambil merangkul ku dengan satu tangannya dan tangan yang lain sambil memegang
bola basket.
Hey! Ini hal yang wajar. Aku
juga sudah berteman dengan sehun semenjak SMA. Dan kami sama-sama penggila
basket. Walaupun Yang Alabeoji sudah menentang dengan hobbi ku yang satu ini
karena suatu hal menyangkut diriku ini. Tapi aku tidak akan menyerah, karena
aku masih merasa sanggup dengan yang aku jalani ini. Lagi pula aku tidak akan
melepaskan jabatan ku sebagai Kapten tim basket yeoja di kampus ini. Bahkan
saat SMA aku medapat gelar MVP pemain terbaik di Seoul tingkat SMA. Huh, tidak
akan ku lepas begitu saja.
Dan tak terasa aku dan Sehun
sudah sampai di lapangan basket kampus (indoor). Sudah banyak yang berkumpul
ternyata. Aku berdiri di dalam lapangannya tapi dipinggirannya saja. Wah!
Senangnya melihat semua anggota rajin latihan seperti ini. Aduh jadi meras
tidak enak karena jarang masuk, soalnya belakangan aku sibuk dengan tugas
kuliah dan prokja kampus untuk menyambut mahasiswa/I baru.
“waeyo Min Seok-ssi?” Tanya
Sehun saat melihat aku seperti melamun. “eoh? Aniya. Hanya merasa tidak enak
dengan mereka semua.” Jawab ku lesu. “eum… tidak apa-apa mereka mengerti saja
ko…” ucap Sehun memberikan aku semangat. “gomawo…” balas ku dan Sehun hanya
mengembangkan senyum manisnya.
“eok?” saat ku rasakan ada
bola yang menggelinding dan terhenti saat menabrak pelan kaki ku.
“mianhamnida…” ucap seorang yeoja yang terbilang cukup mungil untuk ukuran
pemain basket. “eoh ne…” jawab ku sambil mengambil bola itu. “oh? Min Seok
sunbae.” Ucap yeoja itu dan ku rasa dia satu angkatan di bawah ku. “kau Min Ji
*2NE1* bukan?” Tanya ku pada yeoja itu. “Ne, Min Ji imnida.” Ucapnya sambil
membungkuk kecil.
“Play Maker yang sempat
menggantikan ku waktu lomba di nasional tingkat kampus itu bukan?” Tanya ku
lagi. Dan bisa ku lihat raut wajahnya sedikit berubah menjadi takut. Mungkinkah
aku menakutkan? Ah tidak mungkin, aku ini kan cantik, imut, manis, chubby,
rajin, dan suka menabung #LOL.
“n-ne…” jawabnya agak takut.
“aku sempat menyaksikan permainan mu saat di final beberapa minggu lalu itu.
Walau pun tidak merebut juara 1, tapi permainan kalian sudah cukup baik,
termasuk kau Min Ji-ah. Tapi aku yakin di poles sedikit lagi kalian pasti bisa
jadi juara di ajang itu dan berbagai ajang lainnya.” Ucap ku lagi sambil
memutar bola basket itu di atas telunjuk kanan ku. “be-benarkah itu?” tanyanya
dengan raut wajah yang mulai terlihat senang. Aku menganggukan kepala ku pasti.
Hup! Ku tangkap bola itu lagi. Dan…
Shoot!!
.
.
.
.
.
Jleb!!
“in…” ucap Min Ji dan Sehun
berbarengan dengan muka cengo bercampur kagum. Prok! Prok! Prok! Semua yang ada
di lapangan basket itu bertepuk tangan saat melihat aku memasukan bola dengan
jarak yang terbilang jauh untuk ukuran seorang yeoja. “hhhuuwwaaaahhhhh……. Kau
memang hebat Min Seok-ssi!!” ucap Sehun kagum sambil menepuk pundak kanan ku.
“hebat sekali.” Gumam Min Ji pelan. Tapi aku masih bisa mendengarnya. Dan aku
hanya nyengir kuda.
~***Skip time***~
Hari sudah semakin sore.
Matahari perlahan mulai menenggelamkan dirinya di bagian barat bumi. Lapangan
basket yang awalnya ramai mulai sepi. Hanya meninggalkan diri ku yang masih
betah duduk di bangku pemain sambil menunggu Sehun keluar dari kamar ganti.
“Min Seok sunbae. Kami
pulang…” ucap beberapa junior ku sambil membungkuk kecil dan tersenyum ramah.
Aku membalas membungkuk dan tersenyum pada mereka. Ya, sekarang aku sudah
benar-benar sendirian. Ku lirik jam tangan casuel ku, well sudah jam 5.10 PM
tapi Baek Hyun juga belum memberikan kabar. Padalah latihan basket sudah
selesai dari 15 menit yang lalu.
“masih betah disini?” Tanya
Sehun yang ternyata sudah duduk di sebelah ku. Aku hanya mengendus pelan.
“tidak juga.” Jawab ku malas sambil mengangkat sedikit bahu ku. “atau mau aku
antar pulang?” Tanya Sehun lagi. Aku menengok kearahnya. “tidak usah, aku akan
di jemput Baek Hyun.” Jawab ku seadanya. Sehun hanya bergumam pelan sambil
manggut-manggut kecil.
“selalu kalah dari Baek
Hyun.” Ucap Sehun pelan. Itu benar-benar pelan menurut ku. Tapi entah kenapa aku
tetap saja dapat mendengarnya. Sekedar memastikan, “ne?” Tanya ku sambil
tersenyum tipis. Sehun menoleh kearah ku sambil mengangkat kedua alisnya.
“tidak. Hanya saja aku juga ingin mengantar mu pulang.” Jawab Sehun sedikit
jujur menurut ku. “haha… kau ini. Lagi pula apa untungnya mengantar aku
pulang?” ucap ku sambil tertawa kecil.
Deg!
Tiba-tiba Sehun membalikan
badan ku kearahnya. Mata kami bertemu, entah kenapa tidak dapat mengelak dari
tatapan Sehun kali ini. Karena… terasa begitu dalam. Beberapa detik Sehun masih
betah menatap ku dalam.
“kau menyukai Baek Hyun?”
Tanya Sehun to the point. Dengan nada yang sangat serius menurut ku. Karena
Sehun belum pernah seserius ini. Aduh tapi ini pertanyaan sangat mengejutkan
dari Sehun. Lagi pula apakah sangat terlihat kalau aku menyukai Baek Hyun.
Huhf~ OK… “menurut mu?” kata-kata macam apa ini yang keluar dari mulut ku,
kenapa malah balik nanya ah pabo nih author nya (?). *wah somplak ni yeoja.
Masa author yang cantik jelita istri dari Luhan Baby di bilang pabo ?
Readers-nim : EMANG!, #authorasahgolok haha*
Sehun menatap ku semakin
dalam. Oh God! Boleh meleleh sekarang gak? Walau pun ‘benar’ aku menyukai Baek
Hyun, tapi tatapan Sehun saat ini jadi menggoyahkan iman ku. Glek! Dengan berat
ku teguk saliva ku. Aduh jujur gak yah?
“katakanlah…” ucap Sehun
dengan nada yang sangat lembut. Sangat lembut terdengar di telinga ku. Nada
terlembut dari seorang namja yang ku dengar selain dari Baek Hyun. Oiya, harus
ingat Baek Hyun. Aku harus menunggunya di halte bus.
“Sehun-ah… aku harus ke halte
bus depan kampus sekarang. Aku takut Baek Hyun sudah menunggu ku disana.” Ucap
ku lembut pada Sehun agar dia tidak tersinggung. Semoga ini berhasil. Tapi tak
ada respon dari Sehun, dia membalikan badannya setelah perkataan ku barusan. Aduh
kenapa ini anak? Aku salah ngomong ya, jangan salah kan aku salahkan author
nya. *readers-nim manggut-manggut*
Aku mulai berdiri dengan
perlahan sambil masih melihat Sehun yang tertunduk. “Se-Sehun…” ucap ku pelan
dengan sedikit ragu. “aku duluan ya kedepannya.” Ucap ku lagi masih dengan nada
yang sama. Masih tidak ada respon, bahkan Sehun masih menundukan kepalanya.
Aduh tambah enggak enak, padahalkan ini hal sepele.
Dan aku mulai membalikan
badan ku kearah pintu keluar dan melangkahkan kaki ku dengan perlahan.”huhf~”
aku menghembuskan nafas ku berat. Aku masih berjalan dengan pelan. “Min
Seok-ah…” ucap Sehun yang sontak membuat langkah ku terhenti tidak jauh dari
tempat aku beranjak tadi. “eum…” gumam ku sambil membalikan tubuh ku dengan
perlahan.
“Joahae…” ucap Sehun sedikit
samar-samar. “ne?” Tanya ku. “joahae… jeongmal joahae…” ucap Sehun lagi sambil
menatap ku dengan suara yang sangat pasti. MWO? Dia menyukai ku. Ko bisa sih?
“ba-bagaimana bi-bisa…?”
tanya ku bingung. Sehun mulai berjalan mendekati ku. Saat sudah sampai di
hadapan ku. CUP! Tanpa aba-aba Sehun mengecup bibir ku, menautkan bibir kami
berdua dengan lembut. Semua ini sontak membuat ku shock dan membatu, hanya
dapat mebelalakan mata ku dan mengepalkan kedua tangan ku.
Tanpa ku sadari Sehun sudah
memegang tengkuk ku. Mulai melumat bibir ku, bergantian dari bawah keatas.
Entah kenapa tubuh ku mulai tidak tegang lagi, pertahanan ku runtuh karena
permainan Sehun yang mulai mendesak lidahnya agar masuk ke dalam mulut ku.
Semakin panas dan ganas. Dan tanpa ku sadari aku terbawa permainan Sehun.
Nafas ku mulai habis tapi
Sehun masih kekeh pada posisinya bahkan mulai menarik tengkuk ku semakin
mengarah kearahnya. “mmmppphhhfff… mmmppphhfff…” tak ku sangka aku akan
mendesah walau tertahan seperti ini. Tapi aku masih ragu ingin membuka mulut ku
atau tidak. “argh.. ssshhh…” ringis ku saat Sehun menggigit bibir bawah ku.
Mulut ku yang terbuka tidak di sia-siakan oleh Sehun.
Sehun langsung melesakan
lidahnya kedalam rongga mulut ku. Ku rasakan lidahnya mulai mengabsen apa yang
ada di dalam mulut ku. Dan mulai mengajak lidah ku bergulat dengan lidahnya.
Semakin hanyut dalam permainan Sehun. Tak ku sangka dia begitu ahli dalam
permain seperti ini. Menurut ku dia good kisser. Tak ku sangka rasanya
berciuman itu seperti ini.
Walau pun bukan ciuman
pertama ku. Tapi ini ciuman terpanas yang ku lakukan. Sehun semakin memperpanas
permainannya sampai ada saliva yang melesat keluar dari pinggir mulutku dengan
indah. Sehun juga mulai meraba punggung ku dengan lembut.
Tapi aku mulai meronta,
karena kehabisan asupan oksigen pada paru-paru ku. Ku pukul dada Sehun pelan.
Dan berhasil Sehun menghentikan permainannya. “hosh…… hosh……. Hosh……” deru
nafas ku dan nafas Sehun setelah bibir kami sudah melepas kontak. Sehun kembali
menatap ku dengan dalam dengan nafas yang masih berusaha ia atur. Aku yang
masih setengah sadar dengan kejadian ini hanya balik menatapnya innocent.
“joahae…” ucap Sehun di sela
deru nafasnya yang masih belum teratur dengan baik. Aku yang masih sibuk
mengatur nafas, kembali terkejut dengan perkataannya. “walaupun aku tau kau
menyukai Baek Hyun.” Ucap Sehun lagi sambil mengelap sisa saliva yang berada di
pinggir bibir dan dagu ku. Yang sukses membuat ku membulatkan mata ku dengan
kedua alis yang terangkat.
“jadi… kau sudah tau itu?”
Tanya ku pelan. Sehun hanya mengangguk kecil. “lalu a-apa yang barusan kau
lakukan pada ku?” Tanya ku (lagi). Sehun mengulas senyum tipis, “kalau aku
memintanya, kau pasti akan menolak bukan?” tanyanya sambil mengeluarkan smirk
andalannya. Iya ya bener juga.
“anggap saja kita impas. Aku
tau kau akan menolak ku, dan aku memberi mu sedikit hukuman karena akan menolak
ku.” Lanjut Sehun sambil tertawa kecil. Dia masih bisa tertawa dan mengatakan
hal seperti itu, apa-apaan dia ini? Huh. Drep! Tiba-tiba Sehun merengkuh tubuh
ku kedalam pelukannya. Terasa hangat. Beberapa detik Sehun hanya mendiamkan aku
dalam pelukannya.
“Min Seok-ah…” panggilnya
lirih. Aku hanya menjawab dengan bergumam pelan. “bahagialah. Walaupun tidak
bersama ku.” Lanjutnya. Aku hanya dapat membulatkan mata ku kembali mendengar
perkataannya. Ku balas pelukan Sehun. Mulai ku merengkan kepalu di dada
bidangnya agar dapat berbicara. “tapi aku sudah bahagia mempunyai teman seperti
mu. Tetaplah seperti ini Sehun-ah. Aku sangat menyayangi mu seperti saudara ku
sendiri.” Ucap ku lembut sambil mempererat pelukan ku pada tubuh Sehun.
Ku rasakan Sehun mengangguk
kecil di atas pucuk kepala ku. “dan maaf sudah sedikit memaksama mu berciuman
dengan ku. Hehe…” ucap Sehun sambil tertawa kecil. Dasar! Tidak pernah berubah,
“Ne…” jawab ku lembut, aku mengerti perasaannya saat ini, itu mengapa aku dapat
memaafkan tindakan konyol-nya ini. Padahal yang dia lakukan ini cukup fatal,
untung saja semua sudah pulang dari lapangan basket ini. Kalau masih ada terus
kami ketangkap basah sedang melakukan adegan panas dan basah seperti tadi. Apa
kata seluruh isi kampus ini dan Baek Hyun.
Deg!
“Baek Hyun.” Ucap ku pelan
saat teringat Baek Hyun. Segera ku lepas pelukan ku pada tubuh Sehun dan
menatapnya lembut. “aku harus segera pergi.” Ucap ku lembut. Dan dapat ku lihat
senyum manis Sehun mengembang di bibir ranumnya itu, aduh liat bibirnya inget
yang tadi eerrr. “mau ku antar ke depan?” Tanyanya lembut. Aku hanya menggeleng
sebagai jawaban. Dan Sehun mengangguk mengerti. “kau pulanglah.” Ucap ku. Sehun
hanya kembali tersenyum dan langsung menarik ku keluar dari ruang lapangan
basket ini.
Sesampainya di luar, Sehun
langsung menuju motor sport-nya. Brum! Sehun mulai menggas motornya. Dan
berjalan pelan menghampiri ku, berhenti lalu membuka kaca helm-nya. “ku antar
sampai di halte bus.” Ucapnya sedikit memaksa. Aku hanya mengangguk kemudian
naik ke motornya dengan sedikit usaha. Karena motornya cukup tinggi untuk
ukuran yeoja *ya iya lah*.
Sampai di halte bus, aku
turun dengan perlahan. Sehun kembali membuka kaca helm-nya. “benar kau menunggu
disini?” Tanyanya memastikan. Dan aku mengangguk dengan pasti sambil tersenyum
manis. “hhhmmm…” aku mendengar Sehun membuang nafasnya dengan berat. “baiklah.
Tapi kalau ada apa-apa, telpon aku, Ne?” ucap Sehun terdengar khawatir.
“Neeee…” jawab ku lalu tertawa kecil. Sehun mengacak pucuk kepalaku gemas. “aku
pulang ya.” Ucap Sehun. “ne cepat pulang sana.” Usir ku. “iya deh…” jawab Sehun
pasrah. Lalu kami tertawa kecil dan Sehun kembali menggas motor sport-nya. Dan
mulai melajukan motornya menjauh dari halte bus.
Sosok Sehun semakin menjauh,
sampai akhirnya tidak terlihat lagi. Aku kembali menghela nafas berat. Tak
menyangka dengan apa yang kami lakukan beberapa menit lalu di lapangan basket.
Sedikit heran kenapa aku juga mau meladeni permainannya. Ah sudahlah jangan
mengingat itu lagi. Btw, Baek Hyun mana ya. Ini sudah jam 5.30 tapi dia belum
ada datang atau bahkan mengirimi ku pesan.
Byuuurrrr!
Tiba-tiba hujan mulai
mengguyur bumi dengan cepat. Dan makin lama makin deras. Aduh kenapa tiba-tiba
hujan sih? Mana deras lagi. Melihat kondisi seperti ini aku sedikit ragu Baek
Hyun akan cepat sampai disini. Kemudian aku menjatuhkan diriku di bangku tunggu
di halte bus ini. Sambil terus memperhatikan jalanan yang mulai sunyi sambil
yang guyur derasnya hujan.
Aku mulai bersenandung kecil.
“eodideun cheongugilteni…” masih terus bersenandung kecil sambil mulai menggosokan
pelan kedua telapak tangan. “fuh~ dingin sekali…” gumam ku pelan. Sudah 10menit
aku disini di temani dengan cuaca tidak bersahabat ini. Entah kenapa kepala ku
mulai terasa pusing dan badan ku mulai lemas.
Pengelihatan ku mulai
meremang. Bahkan suara derasnya hujan mulai samar-samar di pendengaran ku. Ku
pegang kepalaku yang mulai bergoyang kecil. Pusing di kepala ku semakin jadi.
Mulai gelap dan…
Buk!
.
.
.
.
.
.
~****~
“eeennggghhhh……” lenguhku.
Mulai membuka mata ku dan saat ingin menggosok mata ku dengan tangan kanan ku
yang ku rasakan sedikit nyeri di punggung tangan ku. “apa ini?” Tanya ku pelan.
Saat ku lihat sebuah infuse sudah terpasang dengan rapi disana. Kenapa aku di
pasangi sebuah infuse?
Oh iya, sekarang aku dimana?
Seingat ku aku masih di halte bus dan… pingsan. Saat ku lihat sekeliling, ini
kamar ku. “bagaimana bisa?” Tanya ku pelan sambil mengubah posisiku menjadi
duduk dengan perlahan. “eo?” ku dengar suara seorang namja di samping kasur ku.
“nugu?” namja itu baru bangun dari tidurnya. Dia tidur di pinggiran kiri kasur
ku.
“sudah bangun?” tanyanya
dengan suara yang masih terdengar serak sambil mengangkat kepalanya perlahan.
Saat ku lihat wajahnya, aku hanya dapat mengerutkan dahi ku menautkan kedua
alis ku sambil membulatkan mata ku. “bagaimana keadaan mu, nona cantik?”
tanyanya lagi. Aku masih memandangnya bingung.
“jangan menatap ku seperti
itu.” Ucapnya dengan nada sedikit manja. “tapi bagaimana… kau…? Ah maksud ku…
argh~ ini sudah jam berapa?” ucap ku bingung dengan sedikit furtasi.
“tenanglah. Ucap dokter yang memeriksamu, kau tidak boleh terlalu stress. Ini
sudah jam 9 PM” Ucapnya santai sambil mengambil segelas air dan beberapa obat
di meja kecil di sebelah kasur King size ku.
Lagian bukankah kau yang selalu
membuat ku stress? Aish. “ini.. minumlah.” Ucapnya lembut. “mwo sudah jam
segitu?” Tanya ku dan dia hanya mengangguk kecil. “jadi yang membawa ku ke
rumah itu kau?” dan dia hanya kembali mengangguk. “dan dari tadi kau yang menunggu ku disini?”
dia kembali mengangguk (lagi). Aku mengendus kesal, dasar!. “dimana adik dan
kakek ku?” Tanya ku.
“ada di lantai bawah. Lagi
pula adik mu tidak kuat menggendong tubuh mu yang berat ini, jadi aku yang
menggendong mu sampai ke kamar mu dan sekalian saja aku menunggu mu bangun
sambil menjaga mu. Eits aku sudah dapat ijin.” Jawabnya panjang lebar, padahal
yang ku Tanya itu cumin ‘dimana adik dan kakek ku?’. “kau bilang tubuh ku
berat?” ucap ku sambil mengeluarkan deathglere kearahnya. “hahaha hanya
bercanda nona cantik.” Ucapnya sambil nyengir kuda.
Aku mengernyitkan alis ku.
Tak ku sangka bisa sebaik ini. “kau pasti sedang memikirkan seorang Kim Jong In
dapat bertingkah sebaik ini bukan?” tanyanya tepat di depan wajah ku sambil
kedua tanganya masih memegang segelas air dan obat di masing-masing sisinya.
Ya! Tentu saja aku terkejut
seorang Kim Jong In aka KAI dapat seperti ini. Walaupun aku tau alasannya
karena dia menyukai ku. Tapi biasanya dia hanya dpat membuat orang kesal saja.
Ku ambil segelas air dan obat dari tangannya. Menghembuskan nafas kecil “minum
obat ini lagi.” Gerutu ku kecil. “cepat minumlah.” Ucap Kai.
Glek!
Semua obat itu sudah ku
minum. Kai membantu ku membenarkan posisi duduk ku dan menyenderkan ku pada
bagian kepala kasur. “bisa kau ceritakan bagaimana kau bisa membawa ku.” Tanya
ku pelan. Ayolah dia sudah sebaik ini untuk apa aku masih kasar padanya.
Awalnya dia hanya tersenyum sambil menaruh segelas air itu kembali ke meja
kecil sebelah kasur ku.
Menatap ku sejenak. “aku baru
pulang latihan dari group dance kampus. Saat aku sedang mengendarai mobil ku
melewati halte bus. Dari kejauhan aku melihat ada seseorang menggunakan seragam
yang sama dengan ku sedang tergeletak di lantai semen halte bus. Padahal hujan
masih sangat deras. Saat ku berhentikan mobil ku disana, aku keluar dari mobil.
Dan ku balikan tubuh itu dan ternyata itu kau. Aku panic, melihat ke sekeliling
tidak ada orang. Tanpa pikir panjang aku menggendong mu masuk ke mobil ku. Dan
membawa mu pulang ke rumah mu.”
“ya hanya begitu.” Ceritanya
panjang lebar. Well, aku harus berterima kasih padanya. Dia menyelamatkan nyawa
ku. “jeongmal gomawo, Kai-ssi…” ucap ku sambil tertunduk malu. Kai mearaih dagu
ku dan mendongakan kepala ku menatapnya. “sudah seharusnya bukan. Karena aku
mencintai mu.” Ucapnya lembut sambil menatap ku dalam. Entah ini sudah
pernyataan cintanya yang keberapa pada ku semenjak SMA, yang selalu dengan
mentah ku tolak. Tapi kali ini aku hanya dapat diam. Semua kejadian ini jadi
mengubah cara pandang ku pada Kai.
Kai bukan hanya seorang namja
berandalan, suka berkelahi, kasar, dan pemalas. Tapi Kai yang di hadapan ku ini
adalah Kai yang sangat baik, begitu perhatian, lembut, dan penuh rasa sayang
dan cinta. Seperti seseorang dengan cover devil tapi memiliki hati bagai angle.
Dia melepaskan tangannya pada
dagu ku. Kemudia tersenyum manis. “memangnya sedang apa kau disana?” Tanya Kai
lembut. “eoh?” aku kembali sadar dari lamunan ku tentang Kai. “aku… aku sedang
menunggu Baek Hyun.” Jawab ku lesu. Oiya benar, Baek Hyun.
Mengingat semua yang terjadi
hari ini tak terasa aku mengeluarkan bulir air mata ku sambil tertuntuk lemas.
“hiks… hiks…” isak ku mulai keluar. “ah waeyo, nona cantik?” tanyanya dengan
nada panic. Aku hanya menggeleng sambil terus menangis. “sudah jangan terlalu
di pikirkan.” Ucapnya berusaha menenangkan ku. Tapi tangis ku malah semakin
menjadi.
Drep!
Ku rasakan tubuh di rengkuh
oleh Kai kedalam pelukannya. Aku tersentak dan hanya dapat diam dengan masik
terisak kecil. “ssssttt… uljimayo.” Ucap Kai lembut sambil mengelus kepala dan
punggung ku lembut. Pelukan Kai terasa begitu hangat dan penuh rasa sayang. Ku
rasakan Kai menaruh dagunya di pucuk kepalaku dan mempererat pelukannya pada
tubuh mungil ku. Ku angkat tangan kiriku yang bebas untuk membalas pelukannya.
“go.. gomawo. Jong In-ah…” ucap ku lirih dan Kai hanya mengangguk kecil.
Min Seok POV end-
Author POV
Ceklek!
Pintu kamar Min Seok di tutup
dengan perlahan setelah sempat di buka tidak begitu lebar. Sang empu yang buka
pintu hanya terdiam dalam keheningan. Menyandarkan tubuhnya yang tidak terasa
lelah lagi saat melihat Min Seok dalam pelukan Kai. Hanya hatinya yang terasa
begitu sakit. Masih betah bersandar di dinding sambil mencengkram dadanya
kasar. Mungkin agar rasa sakit di hatinya berkurang.
Ia menangis dalam diam. Air
matanya mengalir indah seperti indahnya aliran sungai Nil. “mi… mianhae.”
Ucapnya pelan lalu menghapus air matanya kasar. Kemudian beranjak dari
tempatnya dengan segera.
_TBC
Giman-gimana? Jelek ya
ceritanya, gaje ya?. Huhu maklum saya belum terlalu berbakat dalam hal seperti
ini. Tapi saya akan berusaha lebih lagi ko, tenang saja. Oke kalau ff ini
berkesan tinggalkan koment kalian yang berkesan juga ya. Gamsahae
#bowingbarengLuhan ^^