“No Regret”
Author: Berty Khairun Nafisah >>
@elfxob2uty >> teukseob@yahoo.com / elfxobeauty@rocketmail.com
Main Cast :
Wu Yi
Fan / Kris (EXO-M)
Zhang Yi
Xing / Lay (EXO-M)
Other Cast :
Member EXO
Other
And OC
(Original Character)
Length:
Part 1 (2.466
words)
Genre:
YAOI dan
sedikit straight*sisanya tentukan
sendiri T.Tv*
Rating:
T –
M (NC 21 next chap hahaha #evil laugh)
p.s: Annyeong author super gaje ini balik
dengan fanfic super gaje juga *ditabok readers* dimana bergenre YAOI yang adaptasi dari film gay dari Korea yang berjudul sama dengan
fanfic ini. Yang sudah nonton, ceritanya sama cuman author berusaha agar tetap
ada yang berbeda hehe. Dan alurnya author percepat aja soalnya sedikit bingung
juga sama film-nya ^^v
Yang belum
nonton silahkan cari filmnya *sesat* tapi hanya untuk the real fujoshi yang khususnya berumur 19 tahun ke atas *readers:
lo juga belum nyampe 19 tahun thor #digebukin readers* *dies*. Oiya, jangan
lupakan OOC dan TYPO. OK! Dari pada banyak bacot mending kita langsung ke TKP (?)
saja. Don’t Be SR ya… Saranghae~
Happy
Reading~ Plok (?) *eh? salah Ppyong ^^v
Author POV
Di sebuah
desa yang tidak terlalu kecil di Cina. Ada seorang namja sedang berenang di sungai yang cukup lebar dan panjang.
Berenang hanya menggunakan underwear-nya
*mian*. Setelah berenang namja itu menghampiri temannya yang duduk di sebuah batu besar di
tengah sungai. Yang sama-sama namja dan juga hanya menggunakan underwear.
“kau yakin
ingin pergi?” tanya teman dari namja
itu. “eum…” namja itu hanya bergumam
sebagai jawabannya. “aku ikut ya gege?”
tambahnya. “tak usah… kau tetap disini Luhan…” ucap namja itu pada temannya yang bernama Luhan. “tapi aku juga bisa
berbahasa Korea dengan baik.” Ucap Luhan sambil mempoutkan bibir mungilnya.
“aku tau
itu. Tapi kehidupan disana cukup keras. Aku takut kau belum siap.” Ucap namja itu sambil mengelus kepala Luhan
dengan sayang. “tapi Lay ge…” “ssstt…
turuti apa kataku.” Ucap namja itu
yang bernama Lay. “hao le… hao le… (fine… fine...)” ucap
Luhan pasrah karena sebenarnya Luhan juga tau tentang alasan kenapa dia tidak
boleh ikut dengan Lay.
“kapan gege akan pergi?” ucap Luhan lirih
sambil menatap sendu Lay. “besok…” jawab Lay singkat. “………..” Luhan tak
berbicara lagi, ia sibuk menahan air matanya yang tetap saja lolos dari matanya
yang indah itu. Lay hanya tersenyum dan dengan perlahan memeluk tubuh mungil
Luhan. Luhan mulai terisak kecil di dalam pelukan Lay. “uljima…” ucap Lay sambil mengelus punggung polos Luhan.
“eung…
hiks.. uljima itu hiks jangan menang-hiks
kan ge?” tanya Luhan sambil
sesegukan. “kau benar…” ucap Lay sambil terkekeh. Lay benar-benar menyayangi
teman baiknya ini.
****
Keseesokan
harinya. Di pagi yang cerah dan menyegarkan. Lay sudah siap berangkat dengan
ransel yang sudah terpasang dengan manis di pundaknya.
“aku akan
sangat merindukanmu ge…” ucap Luhan
yang kembali menangis lalu memeluk erat tubuh Lay. “aku juga akan sangat
merindukanmu Luhan…” ucap Lay dengan lembut dan mengelus kepala Luhan dengan
sayang. “jangan pernah lupakan aku…” ucap Luhan setelah melepaskan pelukannya
dari tubuh Lay dan menatap Lay sendu.
“tidak
akan…” jawab Lay lalu mencium bibir mungil Luhan dengan lembut. Luhan pun
membalas ciuman Lay di bibirnya. Ciuman itu berubah menjadi ciuman yang
menuntut saat Luhan mengalungkan tangannya di leher Lay dan menekan tengkuk Lay
agar memperdalam ciuman mereka. Dan Lay juga melingkarkan tangannya di pinggang
Luhan agar lebih memperapat jarak mereka.
“ssshh…
eumhh…” desahan mulai keluar dari bibir Luhan saat Lay menghisap kuat bibir
atas dan bawahnya bergantian. “eunghh… ge…”
Luhan membuka mulutnya yang langsung dimanfaatkan Lay untuk memasukan lidahnya
ke dalam gua hangat Luhan. “aahh… eumpphh…” desah Luhan saat Lay menghisap kuat
lidahnya dan mengajak lidahnya berperang.
“ehem!”
deheman keras dari seseorang menghentikan aktifitas 2 insan yang sedang dalam
ciuman panas mereka. “eunghh…” dengan berat hati Luhan maupun Lay melepaskan
ciuman mereka. Terlihat benang saliva tipis yang seperti jembatan dari mulut
Lay ke mulut Luhan. Lay tersenyum dan mengelap sudut bibir Luhan yang ada bekas
saliva mereka yang bercampur dengan ibu jarinya.
“sudah
selesai?” ucap seseorang itu yang ternyata adalah bibinya Lay. Ya, Lay hanya
tinggal dengan bibi dan pamannya karena kedua orang tuanya sudah meninggal saat
ia kecil. “ye?” tanya Lay menatap bingung bibinya. Sedangkan Luhan hanya
menundukan kepalanya menyembunyikan pipinya yang memerah.
Bibinya Lay
hanya memutar bola matanya dengan malas. Dasar anak muda jaman sekarang, itulah
yang ada di pikiran bibinya Lay. “apa kau sudah siap Lay?” tanya sang bibi. Dan
Lay hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
Sang bibi
menghampiri Lay dan Luhan. “kau harus bisa menjaga dirimu. Bibi percaya padamu
Lay.” Ucap sang bibi sambil mengelus pipi Lay dengan sayang. “aku mengerti. Aku
akan menyempatkan diri mengirim surat pada kalian.” Ucap Lay. “janji ya gege?” ucap Luhan sambil memasang puppy eyes. “janji.” Jawab Lay singkat
lalu mengecup kening Luhan dengan lembut.
“baiklah aku
pergi.” Ucap Lay lalu mengecup pipi sang bibi. Dan berpelukan dengan Luhan lalu
dengan sang bibi. Setelah itu Lay mulai jalan menjauh dari mereka. Menghampiri
pamannya yang sudah siap di dalam mobil. “ayo kita berangkat.” Ucap sang paman
saat Lay sudah masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi sebelah supir.
Sang paman
mulai menyalakan mesin mobil dan mobil itu mulai melaju dengan perlahan. Lay
mengeluarkan kepala dan sedikit badannya di jendela mobil. Lay dengan senyum
yang mengembang melambaikan satu tangannya pada Luhan dan sang bibi. Lalu
kembali duduk saat lambaianya sudah di balas.
Lay
menghembuskan nafasnya berat. “tenanglah. Aku yakin kau akan baik-baik saja
disana.” Ucap sang paman meyakinkan Lay. Dan Lay hanya membalas dengan
senyuman.
****
Seoul, South
Korea
2 pm KST
Seorang namja Cina yang kita ketahui bernama Lay
sudah sampai di tempat tujuannya yaitu Korea Selatan. Tujuannya disini untuk
mengadu nasib tentunya. Mencari pekerjaan yang lebih baik selain menjadi
seorang peternak di desanya sana.
“kamar
nomer……” gumam Lay sambil mencari sebuah kamar di sebuah rumah susun. “ini
dia…” ucap Lay saat sudah menemukan kamar yang ia cari. Kamar no 107 , tempat
tinggal baru Lay selama ia di Seoul. Tanpa membuang waktu Lay langsung mengetuk
pintu kamar itu.
“apa ada
orang?” ucap Lay sedikit keras. Kata teman pamannya Lay, di kamar itu juga ada
penghuninya. Jadi kamar itu bisa di huni max 2 orang. “siapa yang berani
menggangguku eoh!?” teriak seseorang dari dalam kamar itu. Dan tak lama orang
itu membuka pintu kamar. “siapa-” ucap orang itu terputus saat melihat Lay.
“eoh… annyeonghaseyo…” sapa Lay dengan ramah
sambil sedikit membungkuk. “eh? Annyeong…
nu… gu?” tanya orang itu. “eum… Zhang Xi Ying imnida. Tapi bisa panggil aku Lay. Bangapshimnida…… ajushi?” ucap Lay sambil tersenyum ramah. “ajushi?
Sejak kapan aku menikah dengan bibimu eoh?” ucap orang itu dengan nada tinggi.
“ne? tapi
bibiku hanya satu dan sudah menikah.” Ucap Lay polos. “mwo!? Aish… anak ini tidak
bisa di ajak bercanda.” Gumam seseorang yang Lay panggil ajushi itu. “aku masih
muda kau tau. Sudah cepat masuk.” Lanjut orang itu lalu kembali masuk ke dalam
kamar yang diikuti oleh Lay. “kau pasti orang Cina kan?” tanya orang itu sambil
mengambil seputung roko. “n-ne…” jawab Lay sambil mengangguk kecil.
“ajushi tau
dari mana?” tanya Lay. “JANGAN PANGGIL AKU AJUSHI…” teriak orang itu. Lay hanya
memasang wajah watadosnya. “aish… anak ini… tentu saja tau. Dari nama asli mu
yang kau sebutkan tadi.” Ucap orang itu lagi.
“oh…” Lay
hanya menanggapinya dengan ber-oh ria. Lay membuka jendela kamar itu dan
menaruh ranselnya di lantai. “oiya, nama ku Lee Hyuk Jae. Panggil saja Eunhyuk
hyung jangan ajushi.” Ucap orang itu memperkenalkan dirinya. Lay pun menoleh
dari kegiatannya mari-pandangi-kota-dari-jendela. “tapi kau terlihat tua. Aku
takut tidak sopan.” Ucap Lay dengan polosnya.
“anak ini…”
Eunhyuk mulai menggeram. “panggil aku Eunhyuk hyung. ARRASEO!?” ucap Eunhyuk dengan teriak di kata “arraseo”. “eum… baiklah… Eunhyuk hyung.” ucap Lay sambil tersenyum
. “bagus… dan kasur mu yang dekat jendela.” Ucap Eunhyuk lalu meminum segelas
soju. Lay hanya menjawab dengan anggukan setelah melihat kasur yang Eunhyuk
maksud.
“kau kesini
untuk apa eum~?” tanya Eunhyuk setelah beberapa menit mereka di selimuti
keheningan. “bekerja.” Jawab Lay singkat sambil terus melihat keluar jendela.
“memang kau ingin bekerja dimana?” tanya Eunhyuk (lagi). “di sebuah pabrik.”
Jawab Lay. Dan Eunhyuk hanya menganggukan kepalanya.
****
Keesokan
harinya
Pagi yang
cerah di kota Seoul. Sudah mulai banyak aktifitas yang dilakukan orang-orang di
kota itu. Lay sudah sampai pada pabrik tempat sekarang ia bekerja. “eoh?
Eunhyuk hyung?” ucap Lay saat bertemu dengan “room mate”-nya itu di tempat ia
bekerja.
“aigoo… kita bertemu lagi.” Ucap Eunhyuk. “hyung bekerja disini juga?”
tanya Lay. “tentu saja! Kau pikir sedang apa aku disini.” Jawab Eunhyuk sambil
mendengus kesal. Dan setelah mereka berbicara, mereka mulai mengerjakan
pekerjaan mereka.
****
Tak terasa
sudah hamper 1 bulan Lay bekerja di pabrik itu. “hyung aku pulang.” Ucap Lay
sambil memasuki kamarnya dengan Eunhyuk. Lay langsung menghampiri kulkas.
Memasukan beberapa belanjaannya ke dalam sana. “hyung aku akan pergi lagi malam
ini. Ada yang memintaku untuk menjadi supir bayarannya.” Ucap Lay sambil menata
isi kulkas.
“dari pada
seperti itu mending kau ikut dengan ku ketempat gadis-gadis cantik.” Ucap
Eunhyuk sambil memrapikan kemejanya. “lebih baik aku mencari uang hyung.” jawab
Lay sambil berdiri dan melepas pakaiannya bermaksud untuk ganti baju. “kau ini…
hidup itu juga perlu santai. Jangan hanya membuat dirimu sendiri lelah.” Ucap
Eunhyuk sambil menaikan poninya dengan sisir.
“arraseo hyung…” jawab Lay sambil
mengambil jaket birunya. “aku pergi hyung.” ucap Lay dan keluar dari kamar.
“aigoo~ dasar anak itu.” Ucap Eunhyuk sambil melihat kepergian Lay lalu kembali
berkutat dengan poninya yang sukses menjadi jambul katulistiwa itu. *apadeh
-_-v*
****
Di sebuah
tempat makan
Lay sudah
sampai di dalam tempat makan untuk orang-orang menengah keatas itu. Lay
mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang menyewanya untuk menjadi
supirnya. “jas abu-abu…” gumam Lay. Dan akhirnya Lay menemukan orang yang ia
cari. Dengan senyum mengembang Lay menghampiri orang itu.
“annyeonghaseyo.” Ucap Lay ramah sambil
sedikit membungkuk setelah sampai di samping orang itu. “eum… ige… 2408” ucap orang itu sambil
memberikan kunci mobilnya pada Lay. Lay hanya tersenyum lalu mengambil kunci
itu. “saya tunggu di mobil.” Ucap Lay dan orang itu hany mengangguk sambil
melanjutkan acara minumnya. Lay pun langsung pergi keluar.
****
Di dalam
mobil
Hening.
Itulah suasana di dalam mobil itu. Lay merasa tidak nyaman dengan suasana ini
mulai membuka suara. “maaf, alamat anda dimana?” tanya Lay yang masih fokus ke
jalanan malam kota Seoul yang masih cukup ramai menjelang tengah malam. Orang
itu pun menyebutkan alamat apartemen-nya. Lay sesekali melihat orang itu dari
kaca.
“ada apa
dengannya?” batin Lay karena ia mulai risih dari tadi di pandangi oleh orang
itu dengan intens. Lay pun berinisitif untuk menyalakan radio agar mencairkan
suasana. “aish… kenapa dia melihat ku seperti itu? Apa dia gila?” batin Lay
(lagi) karena sudah benar-benar risih.
Saat Lay
menoleh dan bertemu pandang dengan orang itu beberapa detik. Lalu Lay kembali
fokus pada kemudinya. Seseorang yang bergenre namja itu tersenyum penuh arti. “siapa nama mu?” tanya namja itu. Tapi Lay hanya tersenyum dan
tidak menjawab.
Namja bertubuh tinggi berambut blonde dan
blasteran itu mendengus sedikit kecewa. Namun ia tetap menatap Lay dengan
intens. “menarik.” Batin namja itu.
****
Lay pun
berjalan di belakang namja blasteran
itu. Berjalan dengan santai menuju kamar namja
itu. Saat sudah sampai di depan kamar. “ini bayaranmu.” Ucap namja itu dengan nada cool-nya. “gamsahamnida.” Ucap Lay ramah
lalu mengambil beberapa lembar uang yang disodorkan padanya.
“saya pergi.”
Ucap Lay sambil sedikit membungkuk. Merasa tak ada jawab Lay pun membalik
badannya dan pergi. “chakkaman… siapa
namamu?” ucap namja itu sedikit
berteriak padahal Lay belum terlalu jauh darinya. Lay menghentikan langkahnya
dan sedikit membalikan tubuhnya. “………” Lay hanya tersenyum lalu kembali
melangkahkan kakinya.
Saat menuju lift, Lay berpapasan dengan seorang yeoja yang cukup cantik. Tapi Lay tidak
memperdulikan hal itu. Ia tetap berjalan. Dan memasuki lift.
****
“oppa…” sapa seorang yeoja kepada namja
blasteran (yang tadi bersama dengan Lay). Namja
itu menengokan kepalanya, ia hanya tersenyum tipis lalu kembali menekan
beberapa tombol untuk password pintu
apartemen-nya. Saat yeoja itu sudah
sampai di samping namja itu. “oppa
baru pulang?” tanya sang yeoja ramah.
Namja itu tak menjawab dan langsung
masuk ke apartemen-nya.
“yaaa… Kris oppa…” panggil yeoja itu pada namja yang
ternyata bernama Kris itu. Sang yeoja
ikut masuk ke dalam dan tak lupa menutup pintu apartemen. Kris melepas sepatu,
kaos kaki, jas dan dasinya. Menaruhnya di sembarang tempat karena ia memang
sudah benar-benar lelah. Kris berjalan menujung kasur king size-nya di ikuti yeoja
itu.
Saat Kris
duduk di pinggiran kasurnya, yeoja
itu juga ikut duduk. Mereka terdiam sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. “Jessica…”
panggil Kris pada yeoja itu yang
bernama Jessica. “ne oppa?” tanya
Jessica sambil menatap Kris dengan senyum manis menghiasi wajahnya.
Tanpa babibu
Kris langsung mencium Jessica. Satu tangan Kris menekan tengkuk Jessica dan
yang satunya mulai meremas lembut payudara kiri Jessica. “eumph…” Jessica
mendesah tertahan karena Kris semakin memperdalam ciuman mereka.
Kris langsung
mendorong tubuh mungil Jessica ke atas kasurnya dan menindih Jessica. Jessica mengalungkan
tangannya pada leher Kris dan Kris semakin kuat meremas payudara Jessica dari
luar dress pendeng yang dikenakannya.
*skip skip
skip--- NC-nya untuk KRAY saja ya hahaha ^^b*
Lay berjalan
ke dalam kantor dari pabrik tempat ia bekerja. Lay menghampiri seorang namja paruh baya. “maaf, apa Mr. Lim
memanggil saya?” tanya Lay dengan nada sopa sambil sedikit membungkuk. “ah..
ya, kau Zhang Yi Xing?” tanya namja
paruh baya sambil tersenyum.
“ne, ada
apa?” tanya Lay to the point. “begini… ini.” Mr. Lim menyerahkan sebuah amlop
pada Lay. Lay menerimanya dengan penuh tanda tanya. “itu pesangon mu… kau di
berhentikan bekerja disini.” Ucap Mr. Lim. “ne!?” tanya Lay benar-benar
terkejut. Ia merasa, ia tidak melakukan kesalahan dan kinerjanya cukup bagus.
“ini
perintah dari direktur utama sekaligus pemilik pabrik ini. Kau tidak sendiri
ada beberapa pegawai yang di pecat juga. Aku benar-benar minta maaf.” Ucap Mr.
Lim lalu pergi dari hadapan Lay.
“kenapa?” tanya
Lay lirih sambil menatap amlop itu dengan mata yang mulai berkaca-kaca. “WAE!?
JELASKAN PADAKU APA ALASANNYA?” tanya Lay berteriak yang membuat semua pekerja
disana melihat ke arah Lay. Eunhyuk yang ada disana langsung menghampiri Lay. “hei
sudah ayo kita pergi!” ucap Eunhyuk sambil menarik Lay keluar dari kantor itu. Lay
yang bingung akhirnya mengikuti Eunhyuk.
Di Pabrik
“sudahlah…
aku akan membantumu mencari pekerjaan lain.” Ucap Eunhyuk sambil terus berjalan
di belakang Lay. Lay hanya diam terlihat matanya penuh amarah. Ada beberapa
orang berjas berjalan lawan arah. Lay mendongakan kepalanya, ia terkejut
melihat seorang namja bertubuh tinggi
dan berambut belonde berjalan melewatinya dan Eunhyuk.
“selamat
pagi Mr. Wu.” Sapa Eunhyuk ramah sambil membungkukkan badannya. Yang disapa
hanya tersenyum sekilas. Eunhyuk pun kembali berjalan menghapiri Lay yang
terdiam.
“$%#%@$^&%*&^(&^...” Eunhyuk terus mengumpat kata-kata
kotor. Dia benar-benar tidak suka dengan Direktur utama sekaligus pemilik
pabrik itu.
Lay menatap namja itu dengan penuh amarah. Yang sedari
tadi di pandangi pun akhirnya melihat ke arah Lay. Pandang mereka bertemu. Terlihat
namja itu terkejut karena ia bertemu
dengan Lay lagi.
Lay berjalan
menghampiri namja yang kita ketahui
adalah Kris. “terima kasih.” Ucap Lay dingin sambil tersenyum sinis. Lalu pergi
dari hadapan Kris yang memasang wajah bingungnya. “jangan-jangan…” batin Kris.
TBC^^
0 komentar:
Posting Komentar