“Woman
in Love ? [Part 1 of ?]”
Author:
Berty Khairun Nafisah >> @berty1004 >> teukseob@yahoo.com /
elfxobeauty@rocketmail.com
Main
Cast
:
Kim Sunggyu (INFINITE)
Lee Howon / Hoya (INFINITE)
Jang Hye Sun (OC)
Jang Hye Min (OC)
Other
Cast
:
Member INFINITE
And OC (Original Character)
Length:
Part 1 (3.087 words)
Genre:
Straight
, romance , family
Rating:
T (masih aman~ #eh)
p.s:
Annyeong author super gaje ini balik dengan fanfic super gaje juga *ditabok
readers*. Sudah lama sekali author tidak menulis fanfic, maklum sibuk sekolah
*readers: kau bohong! | Au: ye ape lo kata dah -_-*. Oke karena author juga
bingung mau ngebacot apalagi, kita langsung ke cerita aja hehe
Oiya, jangan lupakan OOC dan TYPO. OK! Don’t
Be SR ya… Saranghae~ *cipokin readers*
Happy Reading~ Plok (?) *eh? salah Ppyong ^^v
Hye
Sun POV
“ung…” aku mulai menggeliat tak nyaman di atas kasur
empukku. Sinar sang mentari mulai menyelinap masuk melalui sela tirai jendela
kamar, mengenai sebagian wajahku yang membuatku semakin tak nyaman. Sepertinya
aku memang sudah disuruh bangun oleh sang mentari. Aku mulai membuka mataku
perlahan.
BRAK!! “eonni!!!” aku langsung membuka mataku dengan
lebar mendengar dobrakan pintu dan teriakan itu. “eonni~” aish! Sang pemilik
teriakan melengking yang memekakan telinga itu langsung meloncat ke kasurku.
“yhak! Bisakah kau membangunkan ku dengan baik eoh?
Bisa-bisa aku terkena penyakit jantung kalau setiap hari begini caramu
membangunkanku.” Omel ku pada orang itu. Aku menatapnya sambil mengucek pelan
mata kiriku. Dia hanya nyengir kuda dengan menunjukkan wajah innocentnya. Kalau bukan adik ku, sudah
ku tendang dia keluar dari kamar ini.
“hihihi… mianhae eonni… kajja~ eomma sudah
membuatkan sarapan dan appa sudah siap-siap.” Ucapnya sambil membuka sedikit
selimutku. Ku lirik jam dengan bingkai berbentuk lambang infinity di atas meja
nakas samping kasurku. Ah, masih pukul 6.10 AM.
“kenapa hari ini kita berangkat pagi sekali?” tanya
ku padanya sambil menaikkan sebelah alisku. “appa ada meeting pagi ini. Katanya pukul 7.15 pagi. Jadi appa putuskan untuk
berangkat lebih pagi.” Ucapnya sambil mengambil posisi duduk di pinggir kasurku.
Aku hanya ber’Oh ria sambil mengangguk beberapa
kali. Aku melihatnya yang sedang mengaca pada layar ponsel touchscreen nya yang lumayan besar. Aku hanya menggelengkan
kepalaku, “ckck… adikku sudah cantik, tak usah berkaca terus.” Ucapku lalu
mengelus kepalanya. “jinjja? Hehe” tanyanya memastikan sambil tertawa kecil dan
aku hanya mengangguk tanda mengiyakan pertanyaannya.
“keluarlah dulu, aku akan segera menyusul.” Ucapku
lalu keluar dari selimutku yang lembut dan terasa nyaman itu. Aku turun dari
kasurku dan ia berdiri. Aku mulai merapikan kasurku, yeah aku melakukan ini
bukan berarti sepenuhnya aku rajin tapi dari pada dapat amukan dari eomma lebih
baik menjadi anak rajin toh tak ada ruginya juga.
“aku ke bawah duluan ne eonni. Ingat! Jangan terlalu
lama.” “ne!” jawabku singkat dan dia langsung melesat pergi dari kamarku. Lalu
aku berjalan menuju kamar mandi yang ada dikamarku. Terkadang aku berpikir
bahwa adikku itu autis, dia yeoja berumur 15 tahun yang aneh, cukup cerewet,
tapi dia baik, polos dan lucu. Tapi tingkahnya itu juga yang membuatku sangat
menyayanginya. Ah ya, namanya Jang Hye Min.
Aku sendiri? Perkenalkan namaku Jang Hye Sun, yeoja
berumur 17 tahun yang juga aneh, tidak terlalu banyak bicara, cukup dingin,
terkadang lucu, baik, jail juga dan cukup polos juga, aku ini kebalikan dari
adikku. Aku dan adikku bersekolah disekolah yang sama. Tahun ini dia baru saja
duduk dibangku kelas 1 SMA, sedangkan aku baru saja naik ke kelas 3.
Kami hanya 3 bersaudara, lahir disebuah keluarga
dengan status menengah ke atas. Tapi kami tetap tinggal dirumah tingkat 2 yang
sederhana dan menjalani hidup yang sederhana juga. Halmoni (nenek) ku bilang
harus tetap hidup sederhana, karena lebih bisa menabung untuk keperluan
mendadak dan untuk masa depan. Yeah, terkadang aku setuju dengan apa yang
dikatakan halmoni-ku itu.
Apa ada yang kurang? Ah aku lupa memperkenalkan
oppa-ku. Namanya Jang Dongwoo, namja berumur 19 tahun yang juga aneh bahkan dia
yang paling aneh dari 3 bersaudara ini, dia konyol, cukup humoris, suka
tertawa, tapi dia juga bisa jadi namja cool
dan manly, baik dan polos juga. Kami
ini 3 bersaudara yang aneh dan polos haha. Ah ya, dia sudah kuliah di Seoul
University sekarang sudah masuk semester keduanya, dibalik tampang konyolnya
sebenarnya otaknya termasuk dalam kategori jenius tapi anehnya terkadang dia
juga bisa sangat idiot.
Tak terasa aku sudah selesai mandi dan mulai
berseragam. Aku merapikan seragam yang melekat ditubuhku ini dan mulai menyisir
rambutku yang panjangnya sepundak. Aku melihat pantulan diriku dicermin lemari
bajuku yang besarnya sepintu lemari bajuku itu.
“lama-lama kalau dilihat, aku ini memang tidak
menarik.” Ucapku sendiri sambil merapikan poniku. “aku tidak jelek, tapi aku
memang tidak menarik.” Ucapku lagi lalu tersenyum kecut. Sudahlah, aku melihat jam tangan yang melingkar indah
di tangan kiriku. “pukul 6.30 , ini masih terlalu pagi untuk ke sekolah.” Gumam
ku. Lalu aku menghela nafas berat, berjalan menuju kasurku dan menyambar tas
sekolahku kemudian aku berjalan keluar kamarku.
Aku menuruni tangga lalu berjalan menuju ruang
makan. Saat sampai di ruang makan aku disambut dengan pemandangan yang jarang
sekali berubah. Appa yang sedang membaca beberapa berkas pekerjaannya, eomma
yang sedang menata makanan di meja makan, dan Hye Min yang sedang berkutat
dengan ponselnya.
Aku berjalan mengahampiri eomma dan appa. “pagi eomma…
pagi appa…” sapaku pada eomma dan appa lalu mencium pipi mereka bergantian.
“morning girl!” ucapku sambil sedikit mengacak-acak rambut Hye Min. “yhak!!
Jangan rambut…” ucapnya kesal lalu mempoutkan bibirnya. Aku hanya menjulurkan
lidahku ke arahnya lalu duduk di kursi biasa tempatku duduk saat makan bersama.
“eomma…” ucapnya seperti merengek sambil merapikan
rambutnya itu. “Hye Sun-ah… bukankah sudah eomma bilang eum? Jangan menjaili
dongsaengmu terus.” Ucap umma sambil duduk berhadapan dengan ku. Aku hanya
memutar bola mataku malas. “ne arraso eomma…” ucapku malas sambil melirik Hye
Min. “weeek~” ejeknya padaku sambil menjulurkan lidahnya. Aku hanya terkekeh
kecil.
“dimana oppa kalian?” tanya appa setelah menyesap
kopi hangatnya. Aku dan Hye Min hanya mengangkat kedua bahu kami sebagai
jawaban. “mentang-mentang sudah dibelikan mobil, jadi bisa bangun siang…”
gerutu Hye Min sambil mengambil selembar roti dan mengoleskannya dengan selai
anggur kesukaannya.
“eum?” aku merasakan ada yang bergetar di atas meja.
Ah! Ponsel Hye Min ternyata, aku jadi penasaran pada isi ponselnya. Belakangan
ini dia jadi sering berkutat dengan ponselnya itu. Tapi aku tak ambil pusing,
lalu aku mulai meminum susu hangat buatan eomma.
“pagi!! Ahaha!” teriakan dan tawa cukup keras itu
mengintrupsi kegiatan kami di meja makan. “apa ada yang mencariku~?” ya, dia
oppa-ku, Dongwoo. Ia berjalan mendekati Hye Min, lalu mencium pipinya. Aku memutar
bola mataku malas. “pagi eomma… pagi appa… pagi Sunsun sayang~” ucap Dongwoo
oppa menyapa eomma, appa dan aku. Aku hanya tersenyum manis sebagai sapaan
balik untuknya. Ia lalu duduk di kursinya.
Ah ya, Sunsun adalah panggilan kesayangannya
untukku. Terdengar agak aneh dan kekanakan, tapi aku tetap menyukai panggilan
itu. Karena tandanya oppa ku masih sayang padaku.
“kenapa kalian berangkat pagi sekali hari ini?”
tanyanya sambil mengambil sumpit dan menyumpit sepotong nugget ukuran cukup
besar lalu memakannya sekali suap. “appa ada meeting pagi ini Dongwoo-ah… jadi karena adik-adikmu diantar oleh
appa, mereka juga jadi harus datang pagi sekali ke sekolah.” Ucap umma sambil
mengiris telur gulung dan menaruhnya ke piring appa.
“uuumm…” gumam oppa ku sambil terus mengunyah
nugget. Aku merasakan ponsel ku bergetar di dalam tas. Aku menghentikan sejenak
acara sarapan pagi ku, lalu mengambil ponsel dan melihat penyebab bergetarnya
ponselku itu. “Hoya?” gumamku pelan, ada pesan masuk dari sahabatku sejak kecil
sekaligus teman sekelasku. Aku membuka pesan darinya dan membacanya.
[isi pesan]
From:
Hohoyaus
Pagi ^^ apa hari ini kau berangkat dengan appamu?
Itu bukan pertama kalinya dia bertanya begitu, tapi
tumben sepagi ini dia sudah mengirimi aku pesan. Aku pun dengan sedikit bingung
membalas pesannya.
To:
Hohoyaus
Pagi ^^ ne, begitulah. Oh ya, tumben sudah
mengirimiku pesan sepagi ini?
Pesan pun terkirim, aku kembali memakan sarapanku.
“Hye Min~ bagaimana kelas barumu di SMA? Apa kau sudah punya banyak teman?”
oppa ku mulai membuka topik obrolan pagi ini. “lumayan oppa~ hehe oiya, oppa
harus tau. Aku akan ikut basket lagi.” Ucap Hye Min dengan nada girang.
“puah!!” oppa ku sedikit memuncratkan susu hangatnya. Aku melihat appa dan umma
saling melempar pandang, lalu aku manatap lekat adik perempuanku itu.
“neo micheosso eoh? (kau gila?)” tanya oppa ku yang
menatap Hye Min dengan tatapan yang sulit dijelaskan. “wae!? Aku sudah sehat,
nan gwaenchana oppa. (aku baik-baik saja oppa.)” ucap Hye Min berusaha meyakinkan
Dongwoo oppa.
“Hye~ coba kau pikir, kau sudah terlihat sehat tapi
tidak dengan jantung dan paru-parumu.” Ucapku dengan nada khawatir. “jangan kau
paksakan.” Lanjutku dan aku merasakan ponselku bergetar lagi. Ish! Hoya
menyebalkan.
“tapi-” “tak ada kata tapi. Appa mengijinkanmu
berkegiatan, tapi bukan untuk membuat kesehatanmu memburuk lagi. Jika kau masih
keras kepala... appa akan mengirimmu ke Busan untuk tinggal bersama Jung
halabeoji (kakek Jung).” Ucapan Hye Min langsung di potong oleh appa. Aku
melihat Hye Min hanya tertunduk lemas dan menghela nafas berat.
Aku hanya bisa tersenyum tipis dan menghela nafas
sedikit lega. Sekeras apapun adikku itu, dia tetap seorang anak yang penurut.
Aku kembali fokus ke ponselku. Membaca pesan dari Hoya sambil meminum susu
hangatku dengan perlahan.
From:
Hohoyaus
Aku ingin menjemput adikmu, bisakah? Please… (^/\^)
“puah!!” kini giliranku yang tersedak dan sedikit
muncrat. “mwo…?” tanyaku sambil menatap layar ponselku tak percaya. aku cukup
terkejut membaca pesan dari Hoya kali ini, kalau yang ini memang baru pertama
kali. Ah, pantas saja dia mengirim pesan sepagi ini padaku.
To:
Hohoyaus
Yhak!! Kenapa malah bertanya padaku eoh? Tanya
langsung padanya.
“waegeurae chagi? (ada apa sayang?)” tanya eomma
sambil menatapku penuh tanya. “aniya eomma, gwaenchana hehe” jawabku sambil
tertawa sedikit canggung. Aku melirik Hye Min yang sedang memakan rotinya
dengan malas. Mungkin Hoya bisa membuat mood nya kembali baik, pikirku.
From:
Hohoyaus
Oh ayolah… kita sahabat bukan? Please… (T/\T)
Aku menghela nafas berat. “appa, bolehkah Hye Min
berangkat bersama Hoya?” tanya ku to the
point pada appa. “ahbhua!? (apa!?)” tanya Hye Min dan Dongwoo oppa
berbarengan dengan mulut mereka yang masih penuh dengan sarapan masing-masing.
Aku hanya memutar bola mataku malas, dasar.
“tentu, selama appa mengenal siapa yang menjemput
anak appa, pasti appa bolehkan. Dan kau Hye Sun, apa tetap ikut dengan appa?”
ucap appa sambil sesekali tersenyum. “aku tetap ikut dengan appa.” Jawabku
sambil balas tersenyum, lalu aku mengalihkan tatapanku ke arah Hye Min. dia
hanya menatapku dengan mata bulat dan mulut membentuk huruf “O” besar. Haha lucunya.
Lalu aku membalas pesan Hoya.
To: Hohoyaus
Appa mengijinkan dan Hye Min mau. Wah wah… apa kau
benar-benar ingin jadi adik iparku? Ahaha XD
Aku hanya cekikikan sambil sesekali melirik Hye Min
yang mempoutkan bibirnya. Tunggu, pipinya terlihat memerah walau agak samar.
Dasar, malu-malu kucing dia itu. Yeah, Hoya dan Hye Min memang saling suka tapi
terkadang mereka berdua sama-sama tidak mau mengakui itu. Tapi belakangan ini
Hoya yang mulai agresif (?) mendekati Hye Min. Mungkin karena ini tahun
terakhir kami di sekolah yang sama.
From:
Hohoyaus
JINJJA!? Huaa~ gomawo Hye Sun-ah… kau memang sahabat
yang baik. Ku doakan kau, semoga bisa pacaran dengan Gyuster hyung haha ^^v
Pipiku sedikit memerah membaca kalimat terakhir dari
pesan Hoya. “aku harap itu terjadi.” Gumamku pelan.
To:
Hohoyaus
Arra arra… berarti kau harus mentraktirku hari ini,
oke?
From:
Hohoyaus
Oke! ^^b
Aku hanya tersenyum membaca balasan dari Hoya. Yeah,
makan gratis lagi hari ini. “kajja, kita berangkat.” Ucap appa sambil meminum
kopinya lalu berdiri dan merapikan dasinya. “ne.” jawabku singkat lalu
membersihkan sekitar mulutku dengan tisu. Aku melirik Hye Min. “ehem… jangan
sia-siakan kesempatan.” Ucapku sambil berdiri.
“eonni!!” teriaknya lalu mempoutkan bibirnya. Haha
adik ku ini memang lucu. Appa sudah pamit dengan eomma, Dongwoo oppa dan Hye
Min setelah itu aku juga pamit dengan yang lain kemudian berjalan keluar rumah
dan appa menyiapkan mobil.
Hye
Sun POV end-
Hye
Min POV
Aku masih mempoutkan bibirku. Aku kan belum menjawab
mau atau tidak. Sekarang aku berdiri di depan pintu utama rumah. Appa dan Hye Sun
eonni sudah berangkat. “ish! Kalau begitu untuk apa aku bangun pagi? Hue~”
GREP!! “eoh?” aku tersentak merasakan sebuah pelukan
hangat dari belakang tubuhku. “mau berangkat dengan Oppa saja eum?” tanya
seseorang itu yang ternyata adalah Dongwoo Oppa. “ne? ah~ gwaenchana Oppa… aku
tak enak dengan Hoya Oppa. Sepertinya dia sudah di jalan.” Jawabku sambil
tersenyum manis.
“geurae… padahal Oppa juga ingin mengantarmu.” Ucap
Dongwoo Oppa dengan nada kecewa. Aku hanya terkekeh. “besok antar aku ne?”
ucapku sambil membalikan badan menghadapnya. “eum? Besok? Ah~ baiklah…” jawab
Dongwoo Oppa kemudian ingin mencium pipiku.
“ehem…” sebuah deheman menghentikan apa yang ingin
Dongwoo Oppa lakukan. “eoh?” aku menoleh kebelakang. “Hoya Oppa!” ucapku dengan
girang lalu melepas pelukan Dongwoo Oppa pada pinggang rampingku dan berjalan
ke arah Hoya Oppa. “pagi Hye… pagi Dongwoo Hyung.” sapa Hoya Oppa sambil
tersenyum.
“pagi juga…” aku membalas sapaannya. “pagi.” Dongwoo
Oppa hanya menjawab dengan singkat sapaan Hoya Oppa. Dari dulu selalu seperti
itu, tapi sudahlah aku tak ingin ambil pusing dengan hal ini. “Oppa, ayo kita
berangkat.” Ucapku sambil tersenyum manis pada Hoya Oppa. “ah ne, kajja…” Hoya
Oppa langsung menggandeng tanganku.
Wajahku pasti mulai memerah. Aduh~ mimpi apa tadi
malam ya? Paginya bisa kaya gini. “Dino Oppa~ aku berangkat ne~ jalka.” Pamitku
pada Dongwoo Oppa dan Dongwoo Oppa hanya membalasnya dengan senyum kecut. Ah,
ada apa dengan Oppa ku itu.
Aku dan Hoya Oppa langsung berjalan keluar halaman
rumah. Kami berjalan dengan santai menuju halte bus, kebetulan sekolah kami
tidak terlalu jauh hanya sekali menaiki bus. “Hye/Oppa…” kami memanggil satu
sama lain berbarengan, kami terkejut saling menatap lalu kami terkekeh. “Oppa
duluan saja.” Ucapku sambil tersenyum.
“baiklah… bagaimana kelasmu eum? Apa… sudah banyak
yang dekat denganmu?” tanya Hoya Oppa sambil menatap ke depan dan sesekali
melirikku. Aku juga jadi ikutan menatap ke depan. “hum~ lumayan…” jawabku
sambil tersenyum kecil. “bagaimana dengan para namja dikelasmu?” tanyanya
sambil menatapku.
“mereka baik. Semalam ada yang memberiku permen
lemon.” Ucapku sambil tersenyum polos. “ne?” ekspresi Hoya Oppa seperti
terkejut , aku hanya memiringkan kepalaku bingung. “ah, itu bagus.” Ucapnya
lalu menatap ke depan lagi. Auranya sedikit berubah menurutku. Aku hanya
mengangkat kedua bahuku.
Kami sudah sampai di halte bus. Aku melihat
seseorang duduk sambil menundukan kepalanya, ia menggunakan seragam yang sama
seperti yang aku dan Hoya Oppa kenakan. “annyeong~” sapaku pada orang itu.
“eum?” ia mengangkat kepalanya dan melepas sebelah headset yang terpasang di telinganya. “eoh? Myungsoo~” ucapku
girang sambil melambaikan tanganku ke arahnya.
“ah, annyeong Hye…” sapa orang itu yang ternyata
teman sekelasku, Kim Myungsoo. Aku lihat Myungsoo tersenyum tipis dan
membungkukkan sedikit badannya ke arah Hoya Oppa, mungkin dia tau kalau Hoya
Oppa sunbae kami di sekolah. Myungsoo berdiri lalu menghampiriku, aku melihat
matanya yang sekilas melihat ke arah tanganku.
“apa sudah mengerjakan tugas matematika eum?”
tanyanya padaku. Aku langsung melepas pegangan tanganku dan Hoya Oppa. Aku
menatapnya dengan tatapan lesu, “ada beberapa nomer yang belum, aku tidak
mengerti.” Ucapku sedikit sedih. “arraseo, nanti disekolah aku akan
mengajarimu.” Ucapnya sambil tersenyum tipis.
“benarkah? Huaa~ gomawo Myungsoo-ah…” ucapku girang.
“bus-nya sudah datang.” Aku mendengar suara Hoya Oppa yang terdengar sedikit
dingin lalu langsung masuk saat pintu bus sudah terbuka. “eh? Oppa~ jangan
tinggalkan aku… kajja.” Ajakku pada Myungsoo kemudian aku menyusul Hoya Oppa.
Hoya Oppa memilih duduk di tempat paling belakang.
“Oppa~ waeee?” tanyaku setelah duduk di samping Hoya Oppa, Myungsoo memilih
untuk duduk di deretan tengah. “aniya, gwaenchana.” Ucap Hoya Oppa sambil
tersenyum tipis. Aku yang merasa tak enak dengan sikap Hoya Oppa ini hanya
memilih diam sambil melihat ke depan.
“eoh?” aku terkejut saat merasakan kehangatan pada
tanganku. Aku melihat tanganku yang ternyata di genggam oleh Hoya Oppa lalu aku
menatap wajah Hoya Oppa. Ia hanya menatap keluar jendela. Aku tersenyum tipis.
Hangat, itu yang aku rasakan. Aku kembali menatap ke depan dengan pipi yang
sepertinya sedikit bersemu merah.
Hye
Min POV end-
.
.
.
.
.
Author
POV
#dikelas 3-1
“eoh? Hoya, kenapa baru masuk kelas? Kau dari mana
eum?” ucap Hye Sun sambil melihat jam tangannya dan Hoya bergantian. Ya, Hoya
masuk kelas setelah 2 menit bel berbunyi. Untung guru yang mengajar pagi ini
belum masuk kelas.
“aku dari atap sekolah.” Jawabnya sambil mendudukkan
dirinya disamping Hye Sun. Hye Sun menatap sahabatnya sedikit bingung, tentu
saja bingung, sekarang wajah Hoya terlihat cukup suntuk.
“apa terjadi sesuatu?” tanya Hye Sun sambil memegang
pundak Hoya. Hoya menoleh sekilas lalu kembali mengeluarkan buku pelajarannya.
“jawab aku Lee Howon.” Hye Sun mulai menaikan sedikit nada bicaranya.
Hoya menghembuskan nafasnya berat, lalu menyenderkan
tubunya pada senderan bangkunya. “apa Hye Min belum tau tentang Dongwoo Hyung?
dan lagi tadi saat sebelum naik dan sesudah turun dari bus, dia memilih untuk
mengobrol dengan teman namja sekelasnya yang namanya… ah itulah. Argh!
Michindae! (bisa gila!)” ucap Hoya panjang kali lebar *plaak* lalu mengacak
rambutnya frustasi, ia tidak memikirkan penampilannya lagi.
“Dongwoo Oppa?” Hye Sun bertanya dalam hatinya. Ia
paham, sangat paham bahkan. “Hoya…” nada bicara Hye Sun mulai melembut. “kau
tau bukan? Hye Min sangat menyayangi Dongwoo Oppa? Appa dan Eomma saja belum
tega memberi tau Hye Min.” ucap Hye Sun sambil menatap Hoya yang memperlihatkan
raut wajah kesalnya.
“menurutku… Dongwoo Oppa juga tak bisa disalahkan
sepenuhnya. Mengertilah Hoya… dan aku yakin Hye Min lebih memilihmu. Percaya
padaku.” tambah Hye Sun yang di akhirinya dengan senyum lembut dan menggenggam
tangan Hoya. Hoya mulai melunak, ia menghela nafas pasrah, ia bisa mengerti
situasi. Lalu Hoya balas tersenyum pada Hye Sun. “arraseo… tapi aku tak
segan-segan bertindak jika Oppa-mu itu mulai kelewatan pada Hye Min.” ucap Hoya
lalu ia tersenyum kecut.
“OK! Aku akan terus mengawasi Dongwoo Oppa, aku tak
mau hal buruk terjadi. Gomawo… kau mau percaya padaku.” Ucap Hye Sun yang
dijawab anggukan dari Hoya. Dan beberapa menit setelah itu Park Seonsaengnim
memasuki kelas mereka, pelajaran pagi itu pun di mulai.
#dikelas 1-2
#waktu yang hampir bersamaan
“hacim~!” Hye Min bersin dengan cukup keras sampai
mengundang sedikit perhatian kelasnya. “Hye~ ige… pakai ini untuk mengelap
hidungmu.” Ucap namja manis disamping Hye Min sambil menyodorkan sapu
tangannya. “eoh? Gomawo~ huhu…” ucap Hye Min menerima sapu tangan itu lalu
sedikit mengelap hidungnya.
“sepertinya itu bersin, ada orang yang
membicarakanmu.” Ucap namja manis itu lalu terkekeh. “aaa~ ku rasa iya. Haha…”
ucap Hye Min yang diakhiri tawa keduanya. “ah ya, sapu tanganmu besok aku
kembalikan ne, Jongie.” Ucap Hye Min sambil tersenyum pada namja manis yang
dipanggilnya Jongie itu, yang bernama lengkap Lee Sungjong.
“nee… gwaenchana~ aku juga sedang tidak membutuhkan
sapu tangan itu.” Jawab Sungjong diakhiri dengan senyum manisnya. “nanti makan
siang bersama ne, di kantin.” Ucap Hye Min yang sesekali masih mengelap
hidungnya. “OK!” jawab Sungjong. Dan Lee Seongsaengnim pun masuk ke kelas
mereka, lalu pelajaran pagi itu pun di mulai.
.
.
.
.
.
TBC
Makasih sudah baca part ini. Author usahakan untuk
update cepat. Hehe :D Gamsahamnida~ *bow bareng sungjong*
0 komentar:
Posting Komentar